BandungKlik – Seni tarawangsa selalu dipentaskan dalam rangkaian penanaman padi. Dalam masyarakat agraris tradisional diidentikan sebagai penghormatan kepada sosok Dewi Sri sebagai dewi padi masyarakat Sunda.

Secara etimologi, tarawangsa berasal dari tiga gabungan kata yakni ta, ra, dan wangsa. “Ta” merupakan akronim dari kata “meta” dalam bahasa Sunda yang berarti pergerakan. Kemudian “ra” berarti api yang agung, dan “wangsa” bersinonim dengan bangsa. Dengan kata lain, tarawangsa merupakan kesenian penyambutan bagi hasil panen padi yang bergantung pada matahari. Kesenian ini diadakan sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kata tarawangsa juga termuat dalam sejumlah kitab kuno abad ke-10 yang ditemukan di Bali. Dalam literatur tersebut tercantum kata “trewasa” dan “trewangsah”. Sumber lain menyebutkan, kata tarawangsa juga ditemukan dalam kitab kuno Sewaka Darma. Disebutkan, tarawangsa adalah alat musik pengembangan dari rebab yang diadaptasi dari bangsa Arab. Di tanah Jawa, rebab muncul sekira abad ke-15 dan 16.

Selain di Kabupaten Sumedang, kesenian ini juga dapat ditemukan di sejumlah daerah di Jawa Barat seperti Kabupaten Bandung dan Kabupaten Tasikmalaya. Meskipun ada sedikit perbedaan baik dari alat yang digunakan maupun vokal.

Silakan baca:

Seni Reak, Antara Menghibur dan Kesurupan

Sebagai kearifan lokal, seni tarawangsa punya ciri khas menggunakan selendang dan tradisi yang sakral serta sarat mistik. Kesenian ini umumnya dipergelarkan pada malam hingga dini hari.

Yang menarik, konon, alunan musik yang dihasilkan akan mengantarkan penarinya ke alam bawah sadar bahkan hingga tak sadarkan diri. Seolah ada kekuatan yang membuatnya terus menari.

Hanya dua alat musik yang digunakan untuk mengiringi para penari tarawangsa yang biasanya sudah berusia lanjut. Yaitu sejenis kecapi yang disebut jentréng dan sejenis rebab yang disebut tarawangsa.

Kesenian tarawangsa berkembang di Rancakalong Kabupaten Sumedang bahkan sebelum zaman Kerajaan Mataram pada abad ke-17. Masyarakat setempat biasa menggelar tarawangsa dalam setiap upacara ritual panen padi yang dikenal dengan upacara adat Ngalaksa. *

 

Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id