BandungKlik – Entitas UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) Naik Kelas Jawa Barat (UNK Jabar) resmi membuka Bale Kopi Sadasapa. Lokasi kafe sekaligus kantor tersebut berada di Jl. Mulyasari No.2, Baleendah, Kabupaten Bandung.
Ketua Dewan Pengurus UNK Jawa Barat, Agus Setiawan dalam acara pembukaan, Minggu (18/6/2023) menyampaikan, kehadiran Bale Kopi Sadasapa ini makin memantapkan kiprah organisasinya.
“Makin mantap kami kini luncurkan Bale Kopi mulai hari ini. Lanjutnya, dalam waktu dekat sejalan aktivitas Bale Kopi ini, akan digelar berbagai pelatihan. Bermaterikan bagaimana meningkatkan para pegiat UMKM di Jawa Barat,” ungkap Agus.
Suasana peresmian Bale Kopi yang berlangsung khidmat dan dalan suasana sederhana, secara berturut-turut tampak hadir para pegiat UMKM dan sejumlah wartawan. Di antaranya Yetti Susilawati dan Tuti Rustama dari ‘Teras Aki’ Jl. Kancra No. 14 Bandung, Djarot MK pengusaha herbal dan bandeng presto, Rini Nurdiani selaku Ketua UNK Kota Bandung.
Kemudian pengusaha Edih Supriadi dari Rancaekek Kabupaten Bandung yang gigih memasarkan the Tarik merek ‘Manfaat’. Sementara dari unsur pegiat media hadir, di antaranya Iwan Gunaesa, Shahadat Akbar, dan Harri Safiari. Serta para undangan lainnya.
Dalam acara tersebut, berlangsung juga sesi khusus secara daring ucapan selamat dari rekan-rekan. Seperti Rivansyah Dunda, Arisemen, Harisman, dan utamanya dari sesepuh Jawa Barat Abah Landoeng dari daerah Central Kota Cimahi.
Silakan baca: UNK Jawa Barat Punya Kantor Baru dan Buka Bale Kopi di Baleendah
“Semoga UNK Jawa Barat dengan Bale Kopi Sadasapa di Baleendah, ke depan dapat meraih sukses. Di antaranya dalam pembinaan kegiatan UMKM, pengembangan kafe, pendirian koperasi, dan kegiatan lainnya. Abah percaya, semua upaya ini akan berhasil karena dalam pengamatan Abah selama ini, selalu kompak dalam berbagai kegiatannya,” tutur Abah Landoeng penuh semangat.
Fokus & Tetap Bersatu
Masih dalam kesempatan tersebut, Agus Setiawan juga berbagi tips pengembangan bisnis dan bagaimana kiat mempertahankannya.
“Pengamatan saya, teman-teman UMKM banyak yang tidak fokus mengembangkan salah satu bisnis yang menjadi kekuatannya. Saat bisnisnya belum juga tumbuh, justru banyak yang berbelok ke bisnis lain,” ujarnya.
Paparan Agus di atas mengacu kepada pengalaman pribadinya selaku pelaku UMKM, yang bergerak dalam industri produk sepatu.
“Sejak dirintis tahun 2010 produksi sepatu merek Irvshoes mengalami berbagai hantaman gelombang. Tak terhitung berapa banyak uang keluar untuk membangun bisnis ini, perjuangan saya yang berdarah-darah di bisnis sepatu ini. Sempat membuahkan hasil yang sangat bagus di tahun 2018 dan 2019. Namun, sayangnya saya diterpa gelombang COVID-19 hingga terkoyak sangat parah,” paparnya.
Faktanya, sambung Agus, sejak covid melanda, ia mencoba mempertahankan bisnis ini agar tetap survive. Namun sempat memunculkan berbagai utang. Melalui utang itulah, justru saya dan rekan-rekan bertekad untuk terus berjuang menghilangkannya.
Silakan baca: Wisata Unik di Desa Alamendah, Ada Bird Watching
Lebih lanjut Agus mengatakan, masih kuat adanya salah satu kelemahan UMKM, yakni dalam hal tata kelola keuangan. Menurutnya, banyak pihak yang menganggap tata kelola keuangan itu hanya sekadar urusan mencatat laporan keuangan.
“Masih banyak UMKM yang belum mengetahui betul berapa kebutuhan modalnya, bagaimana proyeksi usahanya, parameter apa saja yang harus dikontrol. Dan fatalnya terkadang jika sebuah bisnis belum menghasilkan uang kemudian dianggap gagal. Padahal aspek-aspek pendukung lainnya tidak dipantau,” imbuhnya.
Ia juga menambahkan, untuk hal tata kelola keuangan, masih banyak UMKM yang terjebak ke dalam kehancuran, dan bisnisnya berhenti. Karena mereka tidak berani mempertahankan apalagi memperbaiki pengelolaan keuangan.
“Kita pelaku UMKM terkadang berani mengambil uang modal dari bisnis kita karena terdesak kebutuhan, ini yang salah. Kita tidak berani berhutang untuk mempertahankan bisnis karena kita tidak punya hitungan terukur. Saat kita memerlukan biaya mendesak, kita sangat berani mengganggu modal usaha kita yang dapat mengakibatkan mesin uang kita mati, ini yang banyak terjadi,” tegas Agus.
Pertahankan Mesin Uang
Berdasarkan hal di atas, Agus mencontohkan perihal banyak kasus ‘kita harus bayar uang sekolah anak’.
“Kita gunakan uang modal usaha kita, dan akhirnya kita tidak bisa berjualan lagi. Kenapa kita tidak mencoba meminjam kepada saudara, atau siapa saja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selanjutnya, kita hitung berapa kemampuan kita untuk mengembalikan pinjaman tersebut setiap harinya,” ungkapnya.
“Artinya, dengan mempertahankan mesin uang, seandainya memiliki utang pun, kemungkinan besar kita masih bisa membayarnya. Sebaliknya, jika kita mematikan mesin uang kita, maka tidak berhutang pun, kita akan mati hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari”, pungkasnya.
Silakan baca: Kalua, Manisan Kulit Jeruk dari Pasir Jambu
Terakhir, Agus dengan bijak mengajak kepada para pegiat UMKM, “Marilah kita fokus dan bersatu!”.*