BandungKlik – Jalan Layang Pasupati di Kota Bandung resmi berganti nama menjadi Jalan Prof. Mochtar Kusumaatmadja. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan nama jalan tersebut Selasa (1/3/2022).
Lantas, adakah alasan di balik perubahan nama ini?
Pemerintah Kota Bandung dan Jawa Barat menyematkan spirit Mochtar Kusumaatmadja pada ruas jalan dan Jalan Layang Pasupati yang dipilih. Dikutip dari @humas_jabar, ternyata ada beberapa alasannya.
Jalan Layang Pasupati beririsan dengan salah satu jalan paling populer di Kota Bandung, yaitu Jl. Ir. H. Djuanda yang dulu bernama Jalan Dago. Djuanda boleh dibilang senior Mochtar Kusumaatmadja di ranah pemerintahan dan diplomasi. Mereka sama-sama memperjuangkan Wawasan Nusantara.
Dengan demikian, kita dapat melihat perjuangan kedua putra terbaik Jawa Barat tersebut dalam mengukuhkan kedaulatan laut Indonesia secara runut.
Perjuangan tersebut diawali oleh Djuanda Kartawidjaya yang direpresentasikan Jl. Ir. H. Djuanda (Dago) dari atas ke bawah. Perjuangan dituntaskan oleh Mochtar Kusumaatmadja yang direpresentasikan Jalan Layang Pasupati.
Selama 25 tahun Mochtar Kusumaatmadja memperjuangkan Wawasan Nusantara hingga beroleh pengakuan dunia internasional. Melalui diplomasi, dua tokoh bangsa kebanggaan Jawa Barat tersebut memberikan kontribusi dan peran nyata bagi bangsa Indonesia.
Jalan Layang Prof. Mochtar Kusumaatmadja
Lalan layang atau jembatan ikonik di Kota Bandung ini menghubungkan ruas Jalan Pasteur menuju Jalan Surapati (Pasupati). Infrastruktur dengan panjang 2,8 kilometer dan lebar 60 meter ini terwujud melalui sokongan dana hibah dari Kuwait.
Dikutip dari bpsdm.pu.go.id, konstruksi Jalan Layang Prof. Mochtar Kusumaatmadja mengandung segmen beton sebanyak 663 unit dengan berat 80-150 ton per segmen.
Membentang di atas lembah Cikapundung sekira 161 meter, beton diikat dengan sistem cable stayed. Seluruhnya ada 9 kabel baja di sebelah timur dan 5 pasang di barat.
Pertama kali diujicobakan pada 26 Juni 2005, flyover ini tercatat sebagai jalan layang pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi antigempa. Perangkat yang disebut Lock Up Device (LUD) itu bikinan Prancis dan semuanya ada 76 unit.*
Silakan baca:
Mochtar Kusumaatmadja, Konseptor Wawasan Nusantara