BandungKlik – Berkunjung ke Istana Air Tamansari menjadi salah satu pilihan wisata heritage di Yogyakarta. Selain menikmati bangunan bersejarah di sana, jangan lewatkan pula mencicipi jajanan bernilai sejarah, Kue Lekker.

Kue Lekker tersebut dijual seorang pria bernama Pak Mijan. Tempatnya berada di pintu masuk komplek Istana Air Tamansari.

Panganan manis ini merupakan khas Belanda. Namanya pun diyakini berasal dari bahasa Belanda, yakni “Lekker” yang berarti enak.

Meski terbilang kue lawas dan berumur puluhan tahun, namun pamor Kue Lekker tak dapat tergeserkan aneka camilan lainnya. Para penggemar setia kue ini masih terbilang banyak.

Kue Khas Belanda

Keberadaan kue itu, konon lahir kala bangsa Belanda saat itu sedang menikmati suasana pagi ditemani sajian panekuk atau pancake. Warga lokal pun melihat dan berinisiatif untuk membuat versi hemat dan lebih tipis yang kemudian dikenal dengan lekker.

Silakan baca: Surabi, Kudapan Sedap Teruji Sepanjang Hari

Awalnya berkembang pesat di Solo dan Surabaya, hingga selanjutnya menyebar luas serta menjadi ciri khas jajanan anak-anak pulang sekolah atau pada saat istirahat.

Salah satu penjual kue Lekker yang masih bertahan, yaitu Pak Mijan. Ia mengaku bahwa kuliner ini tidak lekang oleh zaman, karena pelanggannya tidak pernah berkurang. Bahkan bertambah karena rasa penasaran akan kuliner yang dijualnya.

Pak Mijan mengungkapkan, dulu berjualan di Pasar Ngasem atau kadang di area Sumur Gemuling. Namun karena pasar hewan sudah pindah, ia juga pindah ke pintu masuk Tamansari. Setiap hari mulai berjualan pada pukul 06.30.

Resep sederhana kue dari sejak dulu masih dipertahankan Pak Mijan. Kuenya hanya diberi taburan pisang dan meses coklat.

Usahanya dimulai sejak 7 Oktober 1987 dan tidak pernah mengubah ciri khas kue buatannya. Pak Mijan merasa hal ini sebagai paten untuk keunikan dari Kue Lekker, yakni tampilan dan topping sederhana agar dapat dibedakan dari camilan modern seperti crepes.

Menurutnya, bahan utama yang digunakan terdiri dari tepung beras dan tepung terigu, lalu dicampur mentega, diberi telur dan garam. Adonan kemudian dimasak pada teflon.

Silakan baca: Benteng Vredeburg, Objek Wisata Sejarah dan Perjuangan

“Dibuat tipis saja dan dimasak sebentar agar garing namun dalamnya lembut. Lalu diberi potongan pisang dan meses coklat. Saya setiap hari bisa menjual 2,4 kg adonan dan tidak berkeliling,” pungkasnya.*

 

 

 

Sumber & Foto: Dispar Kota Yogyakarta