BandungKlik – Museum Sumpah Pemuda didirikan untuk mengenang perjuangan tokoh-tokoh muda dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berlokasi di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat, museum ini menyimpan delapan koleksi yang berkaitan erat dengan Kongres Pemuda.

Gagasan mendirikan Museum Sumpah Pemuda dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai persatuan yang dirintis generasi 1928 yang harus diwariskan kepada generasi yang lebih muda. Untuk itu, pada 15 Oktober 1968, Prof. Mr. Soenario berkirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin untuk meminta perhatian dan pembinaan terhadap Gedung Kramat 106.

Melalui SK Gubernur No. cb.11/1/12/72 jo Monumenten Ordonantie Staatsblad No. 238 tahun 1931, tanggal 10 Januari 1972, Gubernur DKI Jakarta menetapkan Gedung Kramat 106 sebagai benda cagar budaya.

Berikut ini delapan fakta koleksi Museum Sumpah Pemuda.

1. Patung Prof. MR. Soenario

Prof. MR. Soenario adalah salah seorang tokoh Indonesia pada masa pergerakan. Ia pernah menjabat sebagai pengurus Perhimpunan Indonesia di Belanda. Pada 1968, Soenario menggagas mengumpulkan pelaku sejarah Kongres Pemuda sekaligus cikal bakal berdirinya Museum Sumpah Pemuda.

2. Bendera INPO

Museum Sumpah Pemuda menyimpan bendera asli Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) atau Organisasi Pandu Nasional Indonesia. INPO adalah peleburan dari dua organisasi kepanduan, yaitu Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) dan Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).

3. Monumen Persatuan Pemuda

Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Hayono Isman meresmikan Monumen Persatuan Pemuda pada 24 Oktober 1994. Monumen ini dibangun sebagai simbol kekuatan persatuan dan kesatuan para pemuda. Hal ini ditunjukkan dalam bentuk monumen berupa “Tangan Mengepal”.

4. Patung Mohammad Tabrani

Mohammad Tabrani dikenal sebagai jurnalis dan politikus Indonesia yang digolongkan sebagai wartawan dari angkatan tua. Tabrani adalah tokoh Jong Java dan pemimpin redaksi Harian Pemandangan. Ia juga pelopor penggunaan Bahasa Indonesia.

5. Biola W.R. Soepratman

Biola milik W.R. Soepratman dibuat oleh Nicolaus Amatus, yaitu seniman sekaligus pengrajin biola di Cremona, Italia, pada 1600-an. Alat musik gesek miliknya itu merupakan hadiah dari Willem van Eldik yang dibeli di Makassar pada 1914. Pada 28 Oktober 1928, biola tersebut digunakan W.R. Soepratman saat melantukan lagu Indonesia Merdeka yang kemudian diberi judul Indonesia Raya. Kelak, lagu ini menjadi lagu kebangsaan Indonesia.

6. Patung W.R. Soepratman

W.R. Soepratman adalah komponis lagu Indonesia Raya. Saat Kongres Pemuda II pada 27–28 Oktober 1928, untuk pertama kalinya ia memperdengarkan lagu Indonesia Raya di hadapan seluruh peserta. Waktu itu, ia memperdengarkannya melalui instrumen biola.

7. Patung Muhammad Yamin

Muhammad Yamin dikenal sebagai sastrawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum. Ia adalah salah seorang perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda. Selain itu, ia juga termasuk perumus Pancasila.

8. Diorama Panitia Kongres Pemuda

Kongres Pemuda II diselenggarakan pada 27–28 Oktober 1928 oleh panitia yang terdiri dari:

  • Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
  • Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
  • Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
  • Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
  • Pembantu I: Djohan Mohammad Tjaja (Jong Islamieten Bond)
  • Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia)
  • Pembantu III: R.C.L. Senduk (Jong Celebes)
  • Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
  • Pembantu V: Rochjani Soe’oed (Pemoeda Kaoem Betawi).*

Silakan baca:

Sumpah Pemuda 1928 : “Tak Ada Kata Merdeka”

WR Supratman, sang Komponis Muda Indonesia Raya