BandungKlik – Bagi para pecinta musik, khususnya penggemar rilisan fisik pasti tidak asing dengan istilah “jajan rock”. Istilah yang menjurus kepada aktivitas berburu rilisan fisik musik. Nah di Bandung ada tempat untuk memuaskan hasrat “jajan rock”. Tempatnya yaitu di DU68 Bandung.
Sesuai namanya, lokasi toko tersebut berada di Jalan Dipatiukur No. 68, Kota Bandung, Jawa Barat. Letaknya berada di sebelah kanan jalan, jika kalian melintas dari arah kampus Universitas Padjadjaran menuju persimpangan Dago.
Tempatnya mudah ditemukan dengan patokan SPBU Dipatiukur. Perhatikan ruko-ruko yang ada di seberangnya. Tepatnya di lantai dua sebuah bangunan. Di sana akan tampak tumpukan kaset beserta beberapa pengunjung yang sibuk mencari rilisan fisik kesukaan mereka.
Begitu mendekat, kalian bakal mendengar suara-suara bising distorsi gitar atau dentuman bas serta drum dari musisi-musisi lawas. Hingga mengingatkan kalian pada masa-masa jaya rilisan fisik.
Suasana DU68 Bandung terlihat ramai oleh pengunjung yang mayoritas dari kalangan anak muda. Meski kini kemudahan menikmati layanan pemutar musik via aplikasi digital sudah banyak tersedia. Namun para pemuda yang usianya rata-rata 20-an tahun ini masih antusias mencari jejak-jejak lama. Seperti peninggalan sejarah industri musik, yakni rilisan fisik.
“Seru aja. Kayak kita bisa nemuin hal-hal yang mungkin belum ada di Internet,” kata Andito (20) salah seorang pengunjung, dikutip dari laman bandung.go.id.
Hal yang sama juga dilakukan pengunjung lainnya, yaitu Joan. Pemuda asal Malang tersebut jauh-jauh datang ke DU 68 hanya untuk mencari kaset pita Chicago. Ia mengetahui toko musik ini dari internet dan terbang ke Bandung untuk berburu.
“Di daerah saya udah agak susah nyari kaset. Saya banyak dengar soal DU 68. Dan benar saja, apa yang saya cari, bisa ditemukan di sini,” ungkap Joan.
Eksis dan Jadi Pusat Wisata Musik
Kehadiran DU68 tak lepas dari ide cemerlang sang pemilik, yaitu Vikry, atau akrab disapa Bob. Sejak tahun 2000, toko musik ini sudah eksis. Bob mengatakan, pada awalnya DU68 Bandung menjual rilisan fisik bekas, sehingga harganya pun lebih terjangkau.
Silakan baca: Yuk Petik Jeruk Jepang di Wisata Mupu Jeruk Bandung!
“Tahun segitu (2000-an) merupakan masa jaya rilisan fisik. Toko rilisan fisik masih banyak yang buka. Nah, kita menjual rilisan fisik second, jadi harganya lebih murah,” tuturnya.
Seiring waktu, pergeseran tren menikmati musik ke era digital memberi sumbangsih terhadap tumbangnya banyak toko rilisan fisik. Jika kalian mengenal penjual rilisan fisik di Jalan Cihapit ataupun Astanaanyar, kondisinya kini tak seramai dulu. Jumlah rilisan fisiknya pun tak selengkap dulu.
“Di sini mungkin bukan yang terlengkap, tapi kita adalah salah satu yang masih survive. Jadi mungkin banyak orang yang datang ke sini, karena kami masih ada,” ungkap Bob.
Toko miliknya itu pun menyediakan ribuan kaset pita, CD, dan piringan hitam ada di sini. Berbagai kalangan pengunjung pun hilir mudik setiap harinya.
Menurut Bob, ketika datang ke DU68, kalian tak hanya dapat membeli rilisan fisik. Tapi bisa juga datang ke sini untuk berdiskusi tentang musik.
Ia juga mengaku sudah 23 tahun eksistensi DU68 tidak lepas dari suka dan duka yang beragam. Selain kembang kempisnya industri musik bagi penjual riisan fisik. Ada kebanggaan juga dari tokonya karena bisa mempertemukan banyak pecinta musik.
“Belum lama ini ada mantan artis cilik Anita Hadi. Dulu dia bikin vinyl waktu usianya 12 tahun. Sekarang usianya 50 tahunan, dan dia menemukan rilisan fisiknya sendiri di sini,” sebut Bob.
Di samping itu, Bob juga membagikan sedikit kiat-kiat bagi kalian yang gemar mengoleksi rilisan fisik. Menurutnya, rilisan fisik yang kalian miliki harus sering diputar, namun juga dijaga kualiitas pitanya.
“Pastikan pitanya enggak rusak dengan memutar pakai alat yang baik. Serta menjauhkan dari ruangan yang lembap,” jelasnya.
Ekosistem Pecinta Musik Bandung
Eksistensi selama 23 tahun bukanlah perjalanan yang singkat. Hari ini, DU68 Bandung bukan sekadar toko musik saja. Melainkan juga menjadi salah satu ekosistem musik yang ada di Kota Bandung. Di sini, ada pecinta rilisan musik, musisi, kolektor. hingga musisi itu sendiri.
Silakan baca: Museum Mainan 198X Koleksi 3000 Lebih Jenis Mainan
“Pecinta musik enggak hanya dari Bandung. Tadi kita sama-sama lihat ada orang Jakarta dan Malang yang datang ke sini. Selain itu, kami juga mengirim (rilisan fisik) ke berbagai belahan dunia. Ke daratan Cina sana, dan oh ini, kami mau ngirim kaset ke Perancis,” papar Bob sembari menunjukkan bingkisan yang sudah siap dikirim dengan alamat Paris, Prancis.
Terkait ekosistem musik, Taru, salah satu pecinta musik dan kolektor rilisan fisik yang menghabiskan banyak waktunya nongkrong di DU 68 tak menampik hal tersebut. Ia mengaku, bersama DU 68 menyeleksi musisi-musisi baru untuk dibuatkan rilisan fisik. Biasanya, musisi-musisi tersebut dibuatkan rilisan fisik kaset.
“Kualitas audio rilisan fisik itu lebih bagus dibandingkan digital. Tidak ada batasan dalam analog. Ibaratnya kita memotret dengan kamera analog, mau dicetak sekian juta piksel pun, kualitasnya sama. Nah, di musik pun sama,” ujar Taru.
Aspek Sentimentil dan Ekonomis
Tak hanya itu, aspek sentimentil dan ekonomis juga menjadikan banyak orang kembali mengoleksi rilisan fisik. Soal band yang dijaring untuk dibuatkan rilisan fisik, kata Taru, akan ada kebanggaan bagi musisi atau band yang merilis karyanya dalam bentuk fisik.
“Dulu, ketika zaman kaset, musisi yang merilis album isinya katakanlah 10 lagu, itu mungkin mereka nyiapin demo sampai 100 lagu. Artinya, proses seleksinya lebih ketat. Kalau sekarang kan Anda tinggal buat lagu di komputer, upload ke internet, nasibnya tinggal tunggu aja. Artinya, ada kebanggaan bagi mereka (musisi atau band) yang mempunyai rilisan fisik. Boleh dibilang, mereka setara dengan Eric Clapton,” terang Taru sembari bercanda.
Taru juga mengajak para pecinta rilisan fisik untuk sama-sama mengarsipkan rilisan fisik sejak saat ini. Serta mendengarkan banyak referensi musik.
“Jangan hanya terpaku di satu artis atau genre saja. Dengarkan berbagai musik. Dan perlu diketahui, Anda bisa datang ke sini hanya untuk ngobrol, enggak harus membeli,” ucapnya.
Silakan baca: Ciko Arena 5 Bandung Sediakan Skate Park, Hingga Lapang Futsal
Tempat “jajan rock” DU68 tersebut buka mulai siang hingga malam hari. Rekomendasinya, kalian bisa datang ke sana antara pukul 14.00- 20.00 WIB. Selain berburu rilisan fisik, kalian bisa ngobrol dan berbagi dengan sesama pecinta rilisan fisik lainnya.*